“Keberadaanya
laksana mentari yang menghangatkan, embun yang menyejukkan
Ketiadaannya
bagai dingin yang membekukan, tuli yang mengheningkan
Satu kata
yang mampu membungkam beribu kata namun juga mampu melahirkan berjuta cerita
Tiada nya
memenjarakan tawa memerdekakan air mata..
Tiada namun
ada”
MAAF
Siapa yang tak kenal kata ini? Saya rasa hampir semua orang
tau, bahkan anak TK pun mengerti dan sudah menggunakannya. Tentu kita juga
ingat saat masih kecil dulu saat berantem dengan teman, ibu gurupun menyuruh
kita minta maaf , walaupun terkadang sambil bersungut-sungut tak rela. Namun
tetap dilakukan, bukan? Sebagai symbol saling memaafkan ibu guru menyuruh
bersalaman. Maka saat tangan berjabat dan senyum terukir maka runtuhlah sudah kemarahan
dan kebencian. Namun katanya, bagi
“orang dewasa” tak semudah itu… Mungkin
bagi kita yang katanya “orang dewasa” terlalu banyak hal yang dipikirkan
sehingga kata Maaf itupun terasa berat terucap. Berbagai alasanpun dilontarkan
mulai dari malu, gengsi, atau bahkan ga ngerasa bersalah jadi ga wajib buat
minta maaf duluan. Begitupun dengan memaafkan.. walau terasa berat bukankah
memaafkan lebih baik?
Dengan memaafkan hati terasa lebih enteng, silaturrahmi pun tetap terjaga.
Minta maaf ataupun memafkan bukanlah perbuatan yang hina atau memalukan jadi
tak usah kedepankan gengsi…
Bukankah ada seorang sahabat yang dijamin masuk syurga
karena selalu memuhashabah diri dan memafkan kesalahan orang lain setiap
sebelum tidur?
Pada awalnya untuk membiasakan kedua hal tersebut mungkin amat berat tapi ketika sudah menjadi kebiasaan atau bahkan ketika sifat tersebut sudah menjadi karakter, akan sangat mudah…. Paling tidak berusaha untuk menjadi anak kecil dalam hal “maaf” ini. Tanpa berpikir banyak mereka mampu melakukannya… :D
Komentar
Posting Komentar